Jambi (OGENews.com) – Ibunda Almarhum Brigadir Nofriansyah Josua Hutabarat, Rosti Simanjuntak menyesalkan kenapa anaknya harus disiksa, dianiaya, dibunuh lalu difitnah.
Hal ini disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan media nasional, belum lama ini, (Realitas Metro TV).
“Kenapa anak saya disiksa, dibunuh dan difitnah, kalau pun anak saya salah silahkan diperingati, dihukum, ditindak atau bahkan dipecat, jangan dibunuh,” katanya sambil menyeka air matanya yang menetes dari balik kacamatanya.
Ia menyatakan, Josua sejak kecil merupakan anak yang baik, selalu membuat orang tua bangga bahkan tidak pernah mengeluh serta tidak pernah membuat masalah di sekolah atau di kehidupan sehari-hari.
Bahkan, saat dirinya menjadi ajudan Ferdy Sambo, Josua selalu menyampaikan ke ibunya Rosti, bahwasanya keluarga besar Irjen Pol Ferdy Sambo dan istrinya selalu berbuat baik kepada Josua bahkan selalu memberikan bimbingan untuk Josua dalam hal kerohanian hingga menganjurkan Josua untuk ke sering ke gereja.
Namun, semuanya itu berubah, rumah dinas lrjen Pol Ferdy Sambo menjadi saksi bisu penembakan Josua Hutabarat.
Kejanggalan demi kejanggalan terus terjadi apalagi setelah peristiwa ini ditangani oleh Pengacara Komarudin Simanjuntak.
Bahkan, dari analis Komarudin, Josua dalam bertugas dikenal sangat loyal, cekatan, pintar dan cerdas sehingga mendatangkan kecemburuan dari rekan Josua yang lain.
Hal ini dibenarkan oleh Komnas HAM yang diketuai Ahmad Taufan Damanik yang membenarkan Josua sering mendapatkan ancaman pembunuhan.
Sehingga, Komnas HAM menilai masih banyak ruang yang kosong yang perlu diberikan terang untuk terus mengungkapkan kasus penembakan Brigadir J tersebut.
Josua sendiri telah dimakamkan pada 27 Juli 2022 secara kedinasan. Kematiannya juga membuat dua Jenderal aktif dicopot dan satu Komisaris Besar Polisi dicopot dari jabatannya.
Pengungkapan kasus ini tertuju pada keterangan kunci istri Ferdy Sambo, Putri Candrawati.
Sebagai seorang ibu, Putri diharapkan memberikan keterangan yang sebenarnya benarnya untuk mengungkapkan peristiwa berdarah ini. Meski keterangan ini pahit, tapi akan menjadi obat untuk memulihkan wibawa kepolisian di tengah masyarakat yang akhir akhir ini mulai runtuh.
Satu lagi, kepolisian diminta serius melakukan penyelidikan kasus ini, buka rekaman CCTV, periksa baju, handphone yang dikenakan korban dan terangkan sedetailnya hasil otopsi, maka kasus ini bisa menemukan titik terang.
Josua tidak mungkin lagi hidup, namun teman temannya seperti Bharada E yang diduga menembak apakah akan menjadi tertuduh sampai seumur hidupnya.
Bapak Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo segeralah tuntaskan kasus ini, jelaskan status semua yang terlibat, jika tersangka segera diadili dan segera mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Demikian, kiranya Tuhan memberkati kepolisian RI dan memberikan penghiburan kepada keluarga besar Samuel Hutabarat.
Horas horas
Penulis : Franszul Sianturi, S.H